Suku Bunga Rendah dan Angsuran Terjangkau Gairah Sektor Perumahan


Jakarta - Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menilai suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang rendah dan angsuran terjangkau diyakini akan menggairahkan sektor perumahan di Tanah Air.

"Dengan berbagai solusi kemudahan yang ditawarkan BTN diharapkan membuat kaum milenial tidak menunda untuk membeli rumah. Jika kaum milenial antusias memiliki rumah akan mendorong sektor perumahan khususnya KPR Non Subsidi kembali menggeliat," dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/11).

Menurut Nixon, kebutuhan pemilikan rumah yang tinggi membuat perseroan terus mencari solusi yang tidak memberatkan bagi kalangan milenial terutama dari sisi angsuran setiap bulannya.

"Kaum Milenial terutama yang baru berumah tangga pastinya punya keinginan memiliki rumah. Kita coba mewujudkan keinginan mereka dengan solusi yang tidak memberatkan dengan fitur Graduated Payment Mortgage (GPM) dalam produk KPR BTN Gaess for Millenial," terangnya.

Adapun fitur GPM memiliki keunggulan utama di antaranya suku bunga promo lebih rendah dan diperhitungkan secara berjenjang yaitu sebesar 4,75% selama 2 tahun pertama pinjaman.

Kemudian bunga naik 1% tiap tahun selama 3 tahun pertama, sehingga besar angsuran GPM lebih rendah dibanding angsuran KPR reguler pada awal masa kredit. Setelah itu, pembayaran angsuran akan meningkat secara stabil sesuai dengan asumsi kenaikan penghasilan calon debitur setiap tahunnya.

Nixon menambahkan perseroan optimistis prospek industri properti akan semakin cerah, seiring kebutuhan milenial miliki rumah yang tinggi.

"BTN sudah menyiapkan infrastruktur pendukung untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah yang tinggi. Kami targetkan tahun depan bisa melakukan pembiayaan rumah sekitar 250.000 hingga 300.000 unit," jelasnya.
 
Sementara itu secara terpisah, Directors Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus mengungkapkan prospek sektor perumahan tahun depan masih sangat bagus, pasalnya selain angka backlog yang tinggi, pertumbuhan rumah tangga baru/ keluarga baru (household) juga masih positif.

“Untuk saat ini, investasi di sektor perumahan bagi keluarga yang baru menikah menjadi waktu yang tepat setelah hampir 2 tahun pandemi COVID-19 melanda tanah air dan dunia. Pertimbangan investasi di sektor ini antara lain karena banyaknya aset properti yang dijual di bawah harga pasar, bahkan masih ada yang memberikan diskon,” ungkapnya.

Menurut Anton, penurunan angka COVID-19 dan sentimen ekonomi bisnis membaik menjadi momentum positif yang akan mendorong pertumbuhan bisnis properti.

"Perubahan yang cepat sangat positif di hampir seluruh wilayah melandai, tentu saja berdampak positif terhadap kegiatan bisnis, termasuk properti. Kita harapkan tren penjualan membaik di semester pertama akan berlanjut," ujarnya.

Ketua Umum Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida memperkirakan industri properti diprediksi akan tetap tumbuh pada tahun 2022. Saat ini, pangsa pasar kita 70% millenial karena generasi ini mempunyai pendapatan yang lebih stabil.

“Potensi generasi milenial untuk membeli properti relatif besar. Kemampuan kelompok ini memenuhi gaya hidupnya selama ini karena ditopang penghasilan yang cukup memadai. Apabila penghasilan milenial itu digabung dengan pasangannya, tentu daya beli mereka akan jauh lebih besar lagi. Jadi mestinya generasi milenial mampu mencicil rumah Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta per bulan,” terangnya.

Ketum REI ini optimis industri properti tumbuh dengan sentimen positif seperti suksesnya program vaksinasi COVID-19 yang akan memicu pertumbuhan ekonomi pada tahun mendatang.

Dia menjelaskan, terdapat beberapa kombinasi insentif pemerintah yang diterapkan untuk memerangi dampak negatif COVID-19 terhadap perekonomian antara lain, UU Cipta Kerja No. 11/2020 yang telah mulai berlaku, yang akan memangkas birokrasi perizinan, sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bisnis.

Paulus mengungkapkan kebijakan insentif pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) rumah baru diberlakukan pada Maret lalu, total penjualan properti telah menembus sekitar Rp 200 triliun hingga Juni 2021.

REI menargetkan penjualan properti mencapai Rp500 triliun hingga akhir tahun 2021 seiring perpanjangan kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP), jika tidak ada gelombang ketiga kasus penularan COVID-19.


Penulis : Irwen