IMQ, Jakarta —
Program vaksinasi yang dicanangkan dalam tahun ini diharapkan mampu membawa ekonomi Indonesia kembali tumbuh 5% akibat hantaman pandemi COVID-19.
Chairman Indonesia Health Economic Association Hasbullah Thabrany mengatakan secara umum kajian ilmiah menunjukkan bahwa investasi vaksin satu dolar tersebut bisa menghasilkan keuntungan ekonomi delapan dolar.
"Katakanlah kita belanja vaksin tahun ini Rp100 triliun, namun begitu ekonomi kita tumbuh dengan proyeksi 5% itu luar biasa dampaknya," dalam keterangannya di Jakarta Senin (12/3).
Lebih lanjut, setelah kita divaksin maka merasa tenang sehingga bisa bekerja dan berproduksi.
"Saya harap semua pemangku kepentingan, pemimpin nasional maupun daerah, sama-sama memperjuangkan vaksinasi sebagai salah satu cara paling efektif, efisien dan paling cepat untuk memulihkan kesehatan diri dan sekaligus menggerakkan ekonomi di masa depan," ujarnya.
Hasbullah optimis pemerintah mampu melaksanakan program vaksinasi COVID-19 yang terhitung masif dengan menyasar 181 juta rakyat Indonesia.
"Vaksinasi bukan hal baru bagi Indonesia, kita sudah menjalankannya sejak 50 tahun lalu mulai dari vaksinasi cacar, polio, BCG, dan sebagainya," terangnya.
Adapun tentang ketersediaan vaksin dalam kondisi pandemi global seperti ini, vaksin COVID-19 jadi rebutan negara lain sehingga kemudahan akses vaksin COVID-19 perlu dikontrol.
"Perlu adanya kerja sama vaksin melalui organisasi COVAX yang bersama-sama menjamin negara-negara yang kurang beruntung tetap mendapat akses vaksin. Kita bersyukur punya Bio Farma dan berkomitmen dengan COVAX. Tapi kembali lagi, suplai vaksin menjadi kunci kecepatan program vaksinasi kita," urainya.
Usaha-usaha pemerintah dalam mendatangkan vaksin baik melalui kerja sama bilateral maupun multilateral sejauh ini terbilang cukup berhasil.
Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 40 juta stok vaksin COVID-19 dan ratusan juta dosis yang sudah terjadwal akan dikirimkan dalam beberapa waktu ke depan.
