IMQ, Jakarta —
PT Intraco Penta Tbk (INTA) tahun depan, optimistis bukukan kinerja lebih baik dengan menargetkan kenaikan penjualan alat berat sebanyak 10%.
Target tersebut didukung oleh rencana diversifikasi sektor penjualan hingga bisnis pembangkit listrik.
Direktur Utama Intraco Penta, Petrus Halim mengatakan, peningkatan penjualan alat berat tersebut akan dikontribusi oleh rencana diversifikasi perseroan pada sektor-sektor baru seperti infrastruktur, pertanian, kehutanan dan pertambangan.
"Selain itu sektor nikel juga menjadi target pasar kami selanjutnya, karena memiliki prospek pasar yang cukup baik kedepannya," katanya, Senin (28/12).
Menurut Petrus, dari lini bisnis konstruksi, peluang bisnis tersebut hadir sejalan dengan fokus pemerintah dalam menggenjot pembangunan infrastruktur yang biasanya bersifat jangka panjang. Untuk memuluskan rencana tersebut, melalui anak usahanya yakni
PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), perseroan telah menandatangani memorium Of Understanding (MoU) dengan PT LiuGong Machinery Indonesia.
Perseroan nantinya akan memasarkan, melakukan penjualan serta distribusi unit alat berat dan suku cadang dengan merk LiuGong dan Dressta.
"Tingginya pertumbuhan market share mencapai 4% dalam kurun waktu 2015 hingga 2020 menjadi alasan kami melakukan kerjasama. Kami harap dapat berkontribusi positif pada kinerja perseroan kedepannya," paparnya.
Sebelumnya, IPPS juga berhasil meraih Surat Penunjukkan (Letter of Appointment) dari Blumaq SA. Dalam surat tersebut perseroan didapuk menjadi distributor resmi produk suku cadang alternatif untuk alat berat dengan merk seperti Caterpillar, Volvo, dan Komatsu. di Indonesia.
Lebih lanjut, Intraco Penta juga berencana memperkuat lini bisnis pembangkit listrik. Namun, rencana ini tergantung dari kebutuhan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Untuk diketahui sebelumnya perseroan memiliki pembangkit listrik milik entitas anak usaha PT Tenaga Listrik Bengkulu. Pembangkit listrik ini adalah hasil Joint Venture PT Inta Daya Perkasa yang sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh perseroan dengan Bengkulu Power Hongkong Ltd, anak perusahaan Power China Resources Ltd.
Disisi lain, dari bisnis utama pada penjualan alat berat pertambangan batubara, perseroan berharap ketegangan antara Australia dan Tiongkok dapat menjadi sentimen positif pengangkat industri batubara, terlebih saat ini sedang memasuki musim dingin yang meningkatkan penggunaan batubara.
