IMQ, Jakarta —
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mendapatkan permintaan sebesar 2,5 kali (oversubscribed) untuk obligasi dan sukuk mudharabah berkelanjutan tahap I tahun 2020 senilai Rp2 triliun.
“Hal itu menunjukkan masih tingginya minat dan kepercayaan para investor, saat dan pasca pandemi untuk berinvestasi pada sektor infrastruktur khususnya pada WIKA yang diproyeksi akan semakin positif pada 2021 mendatang,” kata Direktur Keuangan WIKA, Ade Wahyu dalam siaran pers, Kamis (3/12).
Menurut dia, dana yang diperoleh dari hasil penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah untuk membiayai kembali obligasi komodo dan kebutuhan modal kerja.
“Kesuksesan penawaran obligasi dan sukuk mudharabah tahap I ini, juga didorong oleh optimisme perseroan mencapai target kontrak baru 2020 yang telah ditetapkan sebesar Rp21,37 triliun,” sambungnya.
Hingga November, kontrak baru perseroan telah mencapai Rp18 triliun atau 84,22% dari target.
Adapun, kontribusi kontrak baru terbesar secara berturut-turut berasal dari segmen Infrastruktur dan Gedung sebesar Rp7,78 triliun, Energi dan Industrial Plant sebesar Rp5,62 triliun, Industri Rp4,10 triliun dan Properti sebesar Rp509 miliar.
Raihan kontrak kontrak besar diantaranya berasal dari proyek smelyer fronikel yang terletak di Sulawesi Tenggara sebesar Rp5,39 triliun, proyek lanjutan tol Serang Panimbang Rp938 miliar dan bendungan Ameroro, Sulawesi Tenggara sebesar Rp538 miliar.
Saat ini, perseroan juga tengah mengikuti beberapa proses tender proyek strategis akan diumumkan pada tahun ini, serta kualifikasinya sesuai dengan portofolio, pengalaman, dan teknologi terkini yang digunakan oleh perusahaan.
“Kami meyakini bahwa di tahun 2021 industri konstruksi di Indonesia akan kembali menggeliat seiring dengan membaiknya kondisi makro ekonomi di Indonesia, sehingga perseroan yakin akan tumbuh signifikan di tahun 2021,” tegasnya.
