IMQ, Jakarta —
Sempat tertekan akibat pandemi COVID-19, pasar modal Indonesia mulai mengalami perbaikan.
Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A OJK, Luthfy Zain Fuady mengatakan, perkembangan pertama dilihat dari nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana yang meningkat 2,93% per 27 November tahun ini dibandingkan dengan akhir tahun lalu, begitu juga jumlah reksa dana yang mengalami peningkatan.
"Untuk NAB reksa dana, dibanding akhir tahun lalu sampai hari ini masih mencatat kenaikan 2,93% dari Rp542 triliun di akhir tahun lalu, sekarang di Rp558 triliun pada 27 November. Jumlah reksa dana mengalami peningkatan 1,65% dari 2.181 menjadi 2.217 per 27 November," katanya pada acara Media Gathering 2020 di Jakarta, Selasa (1/12).
Dilihat dari segmen emisi efek emiten, meskipun tahun ini cukup berat, tetapi pasar modal masih mencatat adanya 154 emisi, baik perusahaan yang menawarkan efeknya di pasar modal, ekuitas dan surat utang dengan total Rp103,3 triliun.
"Ada yang IPO, right issue ada yang penawaran umum EBUS, ada juga PUB penawaran umum berkelanjutan," papar Luthfy.
Lebih lanjut, ada kenaikan signifikan pada single investor identification (SID), di mana jumlah investor baru yang punya SID naik menjadi 3,53 juta SID jika dibandingkan tahun lalu sebanyak 2,48 juta SID. Bahkan, yang menggembirakan dari sisi profil umur investor 48,29% para pemegang SID adalah di bawah 30 tahun.
"Ini hal yang cukup menggembirakan artinya di kalangan milenial sudah banyak tertarik berinvestasi di pasar modal, mungkin dari sisi aset tidak terlalu besar tapi pelan-pelan kita juga yakin suatu saat mereka akan menjadi investor dengan total aset yang besar," ujar Luthfy.
