IMQ, Jakarta —
PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk paruh pertama tahun ini sebesar Rp357,869 miliar.
Padahal, pada periode serupa tahun sebelumnya perseroan berhasil mencetak laba sekitar Rp1,161 triliun. Kondisi tersebut dipicu oleh rendahnya capaian pendapatan bersih lebih dari dua kali lipat atau menjadi Rp2,253 triliun dari Rp5,950 triliun.
Wakil Direktur Utama, Terry O’Conner menjawab, pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap operasi Matahari pada kuartal II tahun ini. Perseroan mengambil langkah pengurangan biaya secara menyeluruh, termasuk upaya untuk memperoleh keringanan sewa, yang telah menghasilkan penurunan pengeluaran operasional sebesar 53,8% pada kuartal kedua.
"Pengorbanan Matahari demi mempertahankan kesehatan pelanggan dan karyawannya tercermin pada kerugian bersih semester I tahun ini sebesar Rp358 miliar. Pada saat yang sama, perusahaan meningkatkan pinjaman menjadi Rp2,067 triliun sebagai dukungan untuk pembayaran kepada pemasok,” papar Terry dalam siaran pers, Senin (3/8).
Ditambahkannya, saluran penjualan daring menjadi fokus operasional perseroan.
“Di masa lalu, kami telah menutup gerai-gerai dengan kinerja kurang baik dengan mempertimbangkan akhir masa sewa atau peluang real estate yang menarik. Namun, mengingat pandemi Covid-19 serta upaya kami untuk merestrukturisasi bisnis, kami memutuskan untuk mempercepat penutupan gerai yang berkinerja kurang baik,” paparnya.
Sampai saat ini, kami telah menutup enam gerai format besar pada tahun ini. Pada saat yang sama, perusahaan membuka satu gerai baru di Palembang pada Mei 2020, dan dua gerai baru di kota Depok dan Tangerang pada Juli 2020.
"Penambahan ini menjadikan jumlah gerai format besar kami menjadi 154 pada hari ini, dan kami bermaksud mengakhiri tahun ini dengan portofolio sekitar 150 gerai format besar yang menguntungkan,” tambahnya.
