IMQ, Jakarta —
Emiten di sektor kesehatan PT Kalbe Farma Tbk telah menghabiskan belanja modal sampai dengan Rp600 miliar untuk ekspansi.
Perusahaan dengan kode emiten KLBF tahun ini menganggarkan belanja modal sebesar Rp1 triliun. Pada semester I tahun ini, perseroan telah menghabiskan 50 persen sampai dengan 60 persen belanja modal.
Belanja modal tahun ini diperuntukkan bagi penyelesaian relokasi pabrik baru yakni Bintang Toedjoe dan Saka Farma ke Cikarang, serta pembangunan gudang Enseval Putera Mega Trading dan Global Chemindo Megatrading.
Selain itu perseroan mengalokasikan anggaran untuk memproduksi 2 suplemen pada semester II tahun ini.
Roda perekonomian yang mulai dibuka secara bertahap membuat perseroan meluncurkan produk baru dengan harapan penjualan semester II tahun ini bisa lebih baik dibandingkan semester I 2020.
Saat ini, produk over the counter (OTC) atau obat tanpa resep dokter akan menjadi andalan perseroan di tengah pandemi COVID-19, produk seperti supplemen kesehatan dan vitamin sangat dibutuhkan.
Sementara, untuk segmen obat dengan resep dokter atau ethical, Kalbe Farma menggandeng startup kesehatan KlikDokter. Tujuannya, agar konsultasi dengan dokter tidak lagi mesti tatap muka secara fisik, melainkan bisa secara virtual dengan memanfaatkan teknologi.
Strategi lainnya, Kalbe Farma akan aktif terlibat dalam penanganan pandemi COVID-19, dengan mengembangkan obat Hidroksiklorokuin. Produksi secara massal akan dilakukan dalam beberapa waktu ke depan.
Sejauh ini, manajemen belum merubah target pertumbuhan penjualan, yakni 6 hingga 8% hingga akhir tahun.
Sedangkan analis Ciptadana, Robert Sebastian, mengatakan peningkatan permintaan produk multivitamin di bawah sektor over the counter (OTC) bisa menjadi katalis positif bagi penjualan Kalbe.
"Sebagai produk H2 (Health and Happiness), multivitamin akan selalu diburu karena masyarakat yang berupaya menjaga kebugarannya. Sementara itu, produk Blackmores yang juga produk suplemen kesehatan juga akan meningkat penjualannya," katanya dalam risetnya.
