IMQ, Jakarta —
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi pada masa pandemi COVID-19 yang diberlakukan sejak bulan Juni lalu berpengaruh pada penjualan otomotif dari PT Astra International Tbk.
Memasuki semester kedua tahun ini, perusahaan dengan kode emiten ASII fokus menjaga operasional dan finansial Grup Astra agar bertahan di tengah kondisi pelemahan ekonomi akibat pandemi COVID-19 dengan mengendalikan biaya, menjaga arus kas, serta memastikan perusahaan mempunyai ketahanan likuiditas.
Saat ini, perseroan terus memonitor perkembangan dan beradaptasi dengan perubahan yang ada misalnya dengan memaksimalkan digitalisasi dan terus mengembangkan inisiatif digital yang dapat mendukung kegiatan bisnis konvensional.
Hingga kuartal I tahun ini, ASII sudah menyerap 15% dari total anggaran belanja modal 2020. Anggaran belanja modal atau capital expenditure ASII di tahun ini sekitar Rp10 triliun hingga Rp11 trililun atau setengah dari budget awal sebelum adanya pandemi.
Sebagai upaya pengendalian biaya dan melindungi arus kas, perusahaan juga meninjau kembali proyek atau investasi yang sedang berjalan serta menunda beberapa proyek.
ASII juga mengalokasikan sekitar 20% dari total belanja modal untuk pengembangan jaringan diler otomotif, dan sekitar 17% untuk bisnis infrastruktur dan logistik. Adapun sisanya dialokasikan pada lini-lini bisnis lainnya.
Sedangkan analis RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, mengatakan penurunan penjualan pada Mei, membuat pangsa pasar Astra mencapai level terendah sepanjang satu dekade terakhir. Namun, dalam kondisi pandemi COVID-19 perseroan mampu meningkatkan pangsa pasarnya di segmen LCGC, menjadi 69% dan menjaga pangsa pasar di penjualan ritel sebesar 60%.
"Penyegaran pada model Agya dan Ayla pada Maret menjadi salah satu penopang utama Astra di segmen LCGC," katanya dalam risetnya.
Menurut Andrey, penjualan wholesale diperkirakan akan mencapai titik terbawah pada kuartal II tahun ini. Namun, setelah itu diperkirakan penjualan akan mulai membaik secara bertahap pada kuartal III hingga kuartal IV.
"Diperkirakan bahwa dalam kondisi itu, mobil dengan kapasitas besar masih akan diminati pasar. Hal ini juga akan diuntungkan karena potensi perubahan perilaku masyarakat pasca PSBB yang lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan transportasi publik," paparnya.
Andrey juga memperkirakan selama masih ada pandemi COVID-19, aturan maksimum kapasitas penumpang hanya 50 persen akan dipertahankan. Dalam jangka panjang, hal ini akan menguntungkan Astra.
"Astra akan diuntungkan oleh tren ini dalam jangka panjang, karena model sport utility vehicle (SUV) menguasai sekitar 40% dari pangsa kendaraan berpenggerak dua roda di Indonesia," ujar Andrey.
Dia menyematkan rekomendasi beli untuk saham berkode ASII tersebut.
