IMQ, Jakarta —
Pemulihan ekonomi masih belum dirasakan industri perunggasan Indonesia hingga semester satu tahun ini.
Bahana memperkirakan pendapatan perusahaan berkode saham PT Charoen Pokhpan Indonesia Tbk (CPIN) akan tergerus menjadi Rp39,93 triliun pada akhir 2017, dari perkiraan semula sekitar Rp41,45 triliun. Sedangkan 2018, CPIN akan bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp42,93 triliun, turun 2,3% dari perkiraan semula.
"Turunnya pendapatan mempengaruhi perkiraan laba bersih sepanjang tahun ini, yang diramal anjlok hingga 23,9% dari perkiraan semula menjadi Rp2,42 triliun pada akhir 2017. Namun pada tahun depan, meski pendapatan diperkirakan turun, tapi laba bersih akan tumbuh 10,6% dari perkiraan semula menjadi Rp3 triliun," kata Analis PT Bahana Sekuritas Michael Setjoadi.
Dengan proyeksi kinerja ini, Bahana merekomendasikan reduce untuk saham CPIN karena valuasi harga sudah kemahalan, dengan target harga turun dari Rp2.900 menjadi Rp2.750 per lembar saham.
Rekomendasi Bahana atas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) lebih positif karena fundamentalnya lebih baik, memiliki bisnis yang lebih beragam, dan valuasi harga masih murah. Al hasil, Bahana merekomendasikan beli dengan target harga naik dari semula Rp1.700 menjadi Rp1.750 per lembar saham.
Sama halnya dengan CPIN, pendapatan Japfa pada akhir tahun ini bakal turun sebesar 3,7% dari semula menjadi Rp27,6 triliun, sehingga laba bersih juga turun sebesar 19% dari perkiraan semula menjadi Rp1,31 triliun pada akhir 2017.
Pada 2018, meski pendapatan diprediksi turun sebesar2,6% dari perkiraan semula menjadi Rp28,81 triliun, namun laba bersih akan melonjak hingga 35% dari perkiraan semula menjadi Rp1,61 triliun.
Bahana juga merekomendasikan resuce atas saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) karena valuasi harga sudah kemahalan serta ketersediaan fasilitas untuk menunjang usahanya belum tersedia, seperti misalnya freezer untuk mempertahankan ayam tetap dalam kondisi segar sejak pemotongan hingga ke konsumen.
"Malindo masih menggunakan jasa pihak ketiga serta ada beberapa fasilitas lainnya yang belum tersedia," ujarnya.
Tahun ini, pendapatan Malindo bakal turun 8,3% dari perkiraan semula menjadi Rp5,37 triliun, akibatnya laba bersih anjlok 36,3% dari prediksi semula menjadi Rp190 miliar pada akhir 2017.
Sementara itu, pendapatan tahun depan akan turun 7% dari perkiraan semula menjadi Rp5,77 triliun, dengan kenaikan laba bersih sekitar 5,1% dari semula menjadi Rp240 miliar.
"Sehingga Bahana menurunkan target harga MAIN menjadi Rp860 dari perkiraan semula Rp1.100 per lembar saham," sambungnya.
