IMQ, Jakarta —
Indonesia sebagai salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia telah mengembangkan populasi middle income household dengan cepat dan itu menunjukkan kebiasaan mengonsumsi.
Tim riset KDB Daewoo Securities menuturkan, sekitar 56% dari total produksi di Indonesia berasal dari private consumption selama lima tahun terakhir meskipun ditengah-tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Faktor lain yang kami lihat akan memberikan efek positif di sektor consumer adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi membuat disposable income meningkat dan akan memicu konsumsi," demikian risetnya edisi Mei 2015.
Dari sisi permintaan, daya beli konsumen akan meningkat dikarenakan minyak mentah saat ini berada di level terendah, harga komoditas yang melemah dan penurunan suku bunga.
Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor konsumer adalah Matahari Department Store (LPPF). LPPF adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang mengoperasikan Matahari Department Store.
Outlet mereka terletak di berbagai kota seperti Medan, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Banjarmasin, Kendari, Ambon dan Jayapura. Pendapatan utama berasal dari department store (100%).
Meskipun kondisi ekonomi yang lesu pendapatan 1Q15 LPPF tumbuh 9,4% menjadi Rp1,6 triliun didukung oleh 5,4% pertumbuhan SSSG ditambah lagi dengan pertumbuhan laba bersih 50,3% menjadi Rp185 miliar yang disebabkan oleh penunurnan biaya keuangan sebesar 67%.
Perusahaan berencana untuk membuka 12-14 gerai tahun ini dimana 9 di antaranya akan dibuka sebelum Ramadhan. Sejauh ini, 10 MoU telah ditandatangani di 2015.
Perusahaan akan mempertahankan 10% SSSG untuk tahun ini dan mereka percaya bahwa marjin akan terus mengingkat sepanjang tahun.
"Kami juga percaya dengan kehadiran mereka yang kuat di industri department store, LPPF bisa menjadi salah satu yang diuntungkan dari meningkatnya pertumbuhan kelas menengah yang menjadi sasaran LPPF, sedangakan ritel lain seperti MAPI dan RALS masing-masing menargetkan pasar kelas menengah atas dan menengah bawah," ungkapnya.
Namun, KDB Daewoo juga sadar bahwa ada risiko penurunan seperti meningkatnya upah dan sewa yang akan membebani biaya dan juga perlambatan konsumsi non-bahan makanan yang dapat menghambat pertumbuhan.
