IMQ, Jakarta —
Saham emiten pengembang properti, PT Intiland Development Tbk (DILD), diprediksi hingga akhir tahun ini bakal mencapai Rp655 per saham.
"Ini berdasarkan valuasi relatif PE 14 kali, maka target harga hingga akhir 2014 adalah Rp655 per saham," ungkap Riset Henan Putihrai Sekuritas di Jakarta, Jumat (7/11).
Sebagai salah satu perseroan yang berhasil melewati krisis moneter 1997, banyak kejadian tidak mengenakkan yang dialami oleh Intiland.
Ketika itu emiten berkode saham DILD termasuk perusahaan yang sangat agresif berekspansi dengan menggunakan pendanaan eksternal, sehingga terjerat masalah utang.
Pada 2003, perseroan terpaksa melepas tiga asetnya yaitu Hotel Grand Bromo, Hotel Grand Trawas dan kondotel Menteng Prada ke Bank Panin untuk membayar utangnya.
Selain itu pada Juni 2007, DILD mengonversi Rp1,1 triliun hutangnya menjadi 2,2 miliar lembar saham, peristiwa ini juga melibatkan penggantian CEO dan beberapa direktur.
Setelah dua tahun berkonsolidasi, perseroan memperkuat struktur permodalan melalui rights issue pada April 2010 yang berhasil menyerap dana Rp2,07 triliun.
Dana hasil rights issue tersebut digunakan pada tahun-tahun berikutnya untuk mengakumulasi cadangan lahan namun dengan tetap menjaga rasio utang terhadap ekuitasnya, sambil perlahan-lahan mengembangkan daerah yang dianggap sudah matang.
Adapun laba tertinggi yang pernah diraih perseroan untuk periode satu tahun adalah sebesar Rp355 miliar pada 2010.
"Dengan raihan laba bersih senilai Rp304,86 miliar per September 2014, bukan tidak mungkin DILD akan mencatatkan rekor barunya pada akhir tahun ini," terangnya.
