GMF Terapkan Strategi Pemulihan Berkelanjutan


PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) telah memetakan fokus penguatan di seluruh lini bisnis yang berdampak pada kinerja perseroan secara keseluruhan guna menjaga keberlangsungan usaha.

Hal ini dikarenakan industri penerbangan beserta pendukungnya diprediksi baru dapat sepenuhnya pulih mencapai kondisi normal pada tahun 2024 mendatang.   

Direktur Utama GMFI I Wayan Susena mengatakan penguatan bisnis kargo menjadi peluang tersendiri bagi perseroan untuk menggarap pasar perawatan pesawat preighter (passenger-freighter).

“Pada 2020 hingga 2021 lalu, kami telah melakukan konversi tiga pesawat preighter milik Garuda Indonesia Group. Perseroan juga melakukan inisiatif bisnis lain yang telah maupun akan direalisasikan untuk memastikan kelangsungan usaha seperti diversifikasi bisnis pada segmen usaha yang tidak terlalu terdampak pandemi seperti power services, defence industry, dan business/private jets,” katanya di Jakarta, Rabu (28/7).  

Meski demikian, GMFI tidak memungkiri sektor perawatan pesawat komersil masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan perseroan.

Hal ini tercermin dalam laporan keuangan audited tahun buku 2020 dimana perseroan berhasil mencatatkan pendapatan usaha mencapai US$258,3 juta yang mayoritas dikontribusikan oleh sub-usaha reparasi dan overhaul sebesar US$175,1 juta, kemudian disusul oleh sub-usaha perawatan sebesar US$52,6 juta dan pendapatan dari sub-usaha operasi lainnya senilai US$26 juta.

Di samping menggenjot pendapatan usaha, perseroan juga melakukan berbagai inisiatif efisiensi untuk menurunkan beban usaha, baik pada aspek beban pegawai, material, subkontrak maupun beban operasional lainnya.

Inisiatif efisiensi ini berhasil menekan beban-beban tersebut secara total hingga 25% dari tahun sebelumnya.

Menurut I Wayan, melihat kondisi industri aviasi yang masih menantang upaya tersebut masih akan terus dijalankan pada tahun 2021 ini.

Selain itu, perseroan juga telah menyiapkan dan menerapkan sejumlah langkah strategis lainnya guna memitigasi dampak pandemi dan menjaga kesinambungan usaha.

“Di tengah tingkat ketidakpastian dan kompleksitas yang masih cukup tinggi, GMF tengah fokus menjaga arus kas dan likuiditas. Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan cash, penundaan belanja modal (CAPEX) pada proyek non-prioritas, efisiensi biaya operasional dan penyesuaian beban usaha, renegosiasi kontrak vendor, serta restrukturisasi hutang dengan kreditur-kreditur atas pinjaman yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang,” tuturnya.

GMFI juga membuka peluang bagi perusahaan lessor secara langsung maupun operator airlines lewat kerja sama tiga pihak atau tripartite agreement.

Hal ini bertujuan meningkatkan dana kas bagi GMF di tengah kondisi operator airlines yang mengalami kondisi pendanaan.

Lewat skema tersebut, hingga bulan Juni 2021 perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 200% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya untuk pekerjaan redelivery oleh customer lessor.  

"Perseroan menjadikan tahun 2021 sebagai momentum dalam melakukan pembenahan secara komprehensif untuk mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan," ungkapnya.

Dengan berfokus pada strategi pemulihan finansial secara berkelanjutan, diversifikasi bisnis dan keunggulan operasional bagi pelanggan, GMF diharapkan mampu menjaga keberlangsungan usaha dan mewujudkan visi barunya sebagai perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan pada tahun 2024 mendatang.

 


Penulis : Irwen