Geliat Investasi Telkom Group di Perusahaan Rintisan


Jakarta - Transformasi untuk menjadi perusahaan digital telekomunikasi terus dilakukan oleh Telkomsel. Setelah berinvestasi di unicorn Gojek sebesar US$450 juta, kini anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini terus memburu perusahaan rintisan di bidang teknologi.

Melalui Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), Telkomsel sudah berinvestasi startup Tanah Air, seperti Kredivo, PrivyID, Qlue, Halodoc, Tanihub, Tada, SiCepat, dan Inspigo sebesar US$40 juta.

Senior Equity Research Analyst MNC Sekuritas Victoria Venny mengatakan investasi yang dilakukan Telkom dan Telkomsel di perusahaan digital sudah tepat.

"Selain sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang ingin mengembangkan ekonomi digital di Indonesia, investasi yang dilakukan Telkom dan Telkomsel di perusahaan digital turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital nasional," dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (11/11).

Transformasi digital yang dilakukan Telkom maupun Telkomsel juga sejalan dengan rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang mendorong agar PT Telkom Indonesia Tbk merubah strategi bisnisnya.

Tujuannya agar BUMN telekomunikasi tersebut dapat bersaing dengan perusahaan teknologi global. Untuk mendukung rencana tersebut, Telkomsel diminta untuk menyerahkan aset menara telekomunikasi miliknya ke Telkom.

Sedangkan Telkomsel akan fokus untuk menjadi digital company (Digico) dengan tugas mengembangkan platform digital dan akan berperan sebagai enabler bagi content creator lokal.

Venny membantah jika investasi yang dilakukan oleh Telkom maupun Telkomsel itu merupakan bagian dari 'bakar uang'. Investasi yang dilakukan Telkom maupun Telkomsel dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang sudah mulai beralih ke digital.

"Sekarang siapa yang tidak memakai Gojek? Dengan adanya pandemi COVID-19, transformasi masyarakat untuk menggunakan layanan digital semakin cepat. Contohnya saat ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan HaloDoc. Dahulu masyarakat yang memakai platform digital masih rendah. Sekarang semua sudah tergantung pada layanan platform digital," ungkapnya.

Akibat ketergantungan masyarakat akan platform digital, membuat investor baik itu lokal maupun asing berbondong-bondong untuk berinvestasi di perusahaan digital Indonesia.

Berdasarkan data yang didapatkan dari CrunchBase, total investor yang menanamkan uang di TaniHub US$ 65,5 juta. HaloDoc juga sudah mendapatkan pendanaan dari investor sebesar US$ 145 juta. Total dana yang ditaruh di Kredivo mencapai US$ 310 juta.

Investor yang menempatkan dananya di SiCepat mencapai US$274 juta. Sedangkan investor yang menaruh dananya di Tanihub mencapai US$ 95 juta.

Dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara dan memiliki jaringan internet yang cukup baik, Venny percaya investor masih akan terus berburu perusahaan rintisan yang ada di Indonesia.

Tingginya minat investor untuk menempatkan dananya di startup nasional dinilai mampu meningkatkan valuasi dari perusahaan digital tersebut.

"Ketika investor semakin banyak berinvestasi di perusahaan digital, value mereka akan terus bertambah. Value perusahaan rintisan yang bertambah juga akan memberikan potensi keuntungan investasi yang dilakukan oleh Telkom dan Telkomsel. Justru ke depannya potensi keuntungan di bisnis digital akan lebih besar dari bisnis konektivitasnya," terang Venny.

Lebih lanjut, ketika value dari bisnis digital sudah semakin besar, investor yang menempatkan dananya di perusahaan digital akan berpotensi mendapatkan keuntungan, termasuk Telkom dan Telkomsel.

Harga saham Telkom saat ini dinilai Venny belum mencerminkan dari bisnis digital yang dimiliki oleh Telkom maupun Telkomsel.

"Saat ini Telkomsel belum menggelar jaringan 5G secara luas. Ketika jaringan 5G sudah tergelar serta bisnis digital dan sinergi sudah didapatkan Telkom maupun Telkomsel dengan perusahaan digital, maka harga saham TLKM bisa lebih tinggi lagi dari yang ada saat ini," ujarnya.


Penulis : Irwen